Nasional

Varian Delta Mudah Menyebar dan Serang Usia Muda

BisnisExpo.Com Jakarta – Pandemi COVID-19 yang belum kunjung selesai, kini diperparah dengan munculnya mutasi-mutasi baru.

Belum lama ini dunia dikhawatirkan dengan munculnya varian Delta atau dikenal sebagai B.1.167.2 dan disebut berasal dari India.

Varian Delta merupakan salah satu dari tiga sub-garis keturunan B.1.167 yang diketahui. Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menyebut, varian Delta lebih mudah menyebar.

“Varian baru telah memberi virus tambahan, baik karena lebih mudah menyebar. Karena, ada beberapa bukti bahwa risiko rawat inap lebih tinggi daripada varian Alpha yang tentu saja sebelumnya dominan di negara ini,” ungkap Hancock dalam pertemuan di Parlemen, Kamis (17/6/2021).

Hancock mengungkapkan 96 persen kasus baru COVID-19 saat ini merupakan varian Delta.

“Varian Delta sekarang menyumbang 96 persen dari kasus baru dan rawat inap mulai meningkat hingga 48 persen selama seminggu terakhir,” imbuhnya. Meski, data turut menunjukkan tingkat kematian akibat COVID-19 terjadi penurunan di Inggris.

“Jumlah kematian di Inggris untungnya tidak meningkat dan tetap sangat rendah. Tetapi, kita belum tahu sejauh mana hubungan antara rawat inap dan kematian telah terputus,” terang Hancock.

Sementara, akibat adanya varian Delta, Pemerintah Inggris menunda rencana pencabutan lockdown hingga 4 pekan kedepan.

Pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat Anthony Faucy menyatakan, berdasarkan informasi otoritas kesehatan Inggris, transmisi varian Delta memuncak pada kelompok usia muda dari 12 hingga 20 tahun.

“Dalam percakapan saya dengan data yang terkait dengan Inggris, ketika berbicara dengan otoritas kesehatan mereka disebutkan transmisi memuncak pada kelompok yang lebih muda dari 12 hingga 20 tahun,” ungkap Faucy baru-baru ini dalam pengarahan pers.

Sehingga, pria yang juga menjabat sebagai penasehat kesehatan Gedung Putih itu, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap akses mendapatkan vaksinasi bagi usia muda di Amerika Serikat.

“Yaitu kelompok yang kita’ khawatir tentang di sini tentang memastikan mereka mendapatkan vaksinasi,” tambahnya.

Vaksinasi disebut dapat mencegah penularan varian Delta, seperti penggunaan Pfizer diklaim memiliki efektifitas hampir 80 persen. Pendiri Gramercy Pediat Dyan Hes mengatakan, perlu dipahami vaksin dirancang untuk mencegah rawat inap dan bukan untuk tidak pernah tertular COVID-19.

“Vaksin Prizer hampir 80% efektif melawan varian Delta dan Anda harus ingat bahwa vaksin itu tidak dirancang untuk tidak pernah tertular COVID. Melainkan, vaksin dirancang untuk mencegah rawat inap,” ucap Hes dalam wawancara di NBC News.

Sementara, varian Delta membuat peningkatan 10% dari seluruh kasus baru di Amerika Serikat.

Dilansir ABC varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Oktober tahun lalu. Saat ini strain dominan di Inggris, menurut angka Kesehatan Masyarakat Inggris.

Pihak berwenang Inggris memperkirakan varian Delta 40 persen lebih menular daripada varian Alpha yang membuat Inggris memberlakukan lockdown pada awal tahun.

Sedangkan, daftar gejala terbaru menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), yaitu kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare sebagai kemungkinan gejala infeksi.

Pada Rabu (16/6/2021) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian Delta telah terdeteksi di lebih dari 80 negara dan terus bermutasi saat menyebar.