Tekno

Antisipasi Corona, Cakap Tawarkan Platform Alternatif Belajar Mengajar

BisnisExpo.com Jakarta – Kebijakan untuk menerapkan sistem pembelajaran secara digital dinilai sangat penting untuk dilakukan di tengah tantangan penyebaran coronavirus. Menurut laporan WHO dan data real time pada bulan Maret, kasus infeksi coronavirus secara global mencapai angka 125,048 orang.

1. Menurut PBB, sebanyak 22 negara telah memberlakukan atau berencana untuk menutup sekolah dan kegiatan belajar mengajar. Setidaknya ada 290 juta siswa di seluruh dunia yang akan terdampak. Negara-negara seperti Arab Saudi, Tiongkok, Italia, serta 10 negara lainnya telah menutup sekolahnya secara nasional.

2. Indonesia adalah salah satu negara yang terkena dampak penyebaran coronavirus. Terutama di Jakarta. Hingga saat ini jumlah penderita corona di Indonesia mencapai 96 orang. Untuk itu terdapat skenario pembatasan interaksi, seperti aktivitas mengumpulkan massa yang dibatasi, isolasi daerah episenter, penutupan berbagai aktivitas publik, pembatasan jam buka restoran, dan yang terbaru
mengenai penutupan sekolah dan kegiatan belajar mengajar selama 2 minggu.

Dalam Konferensi Persnya, Gubernur Jakarta, Anies Baswedan menyatakan, “Anak-anak, mereka tidak banyak terjangkit COVID-19 tetapi mereka adalah penular dari orang dewasa satu ke dewasa lainnya“, kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di Balai Kota, Jakarta, Sabtu (14/3/2020).

Anies menghimbau, tidak hanya sekolah formal yang ditutup namun juga berlaku untuk tempat pendidikan informal dan lembaga kursus. Ia meminta untuk mengurangi intensitas pertemuan. Solusinya, proses belajar mengajar dapat dilakukan dari rumah dengan cara online.

Menanggapi kondisi tersebut, Cakap, sebagai salah satu pemain ed-tech di Indonesia menyatakan kesiapannya untuk menyediakan online platform sebagai alternatif kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Dengan menggunakan metode interaksi dua-arah, yang didukung oleh teknologi, Cakap mengembangkan solusi layanan untuk pendidikan, atau biasa disebut Education As A Service (EAAS).

“Kesehatan tetap harus diutamakan ditengah merebaknya pandemi COVID-19 ini. Dengan teknologi dibidang pendidikan yang kami kembangkan, diharapkan dapat membantu kegiatan belajar mengajar secara aman melalui pembelajaran jarak jauh. Kami siap membantu pemerintah, lembaga pendidikan dan juga masyarakat Indonesia untuk melawan COVID-19 dengan menyediakan teknologi dan akses belajar secara daring”, ujar Tomy Yunus selaku CEO Cakap.

Beberapa negara menerapkan sistem belajar secara daring untuk tetap menunjang aktivitas belajar mengajar, seperti :

1. Hong Kong, saat ini semua murid belum kembali ke sekolah sejak libur Imlek. Pemerintah Hong Kong menyatakan sekolah akan tutup setidaknya sampai 20 April
sehingga proses pembelajaran pun berpindah ke sistem e-learning.

2. Timur Tengah, beberapa negara telah menutup sekolahnya, salah satunya Arab Saudi yang mulai menutup sekolah pada Senin, 9 Maret kemarin. Untuk memastikan proses belajar tetap berlanjut, pemerintah Arab Saudi menerapkan pembelajaran secara daring.

3. Amerika Serikat, turut meliburkan sekolah dan universitas akibat dampak penyebaran coronavirus. Sekolah di New York telah menerapkan sistem pembelajaran secara daring. Para murid kini belajar via platform video conference. Dikuti oleh sejumlah universitas di New York.

4. Italia sudah menutup sekolah sejak tanggal 5 Maret 2020. Sejumlah sekolah telah menerapkan pembelajaran online dengan merekam seluruh pelajarannya melalui WhatsApp, sementara beberapa sekolah lainnya menggunakan web-learning untuk memastikan pelajaran tetap bisa berlanjut.

Dampak penyebaran coronavirus juga dialami oleh salah satu pengajar Bahasa Mandarin di Cakap yang tinggal di ChongQing, Tiongkok. Dengan segala keterbatasan yang terjadi, berbagai cara
dilakukan untuk tetap dapat beraktivitas. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. “Teknologi dan internet membantu saya untuk tetap bisa mengajar dan bertatap muka dengan murid-murid saya, tanpa harus keluar rumah” ujar Sarah Shen, lulusan Master dari Beijing Language Culture University.