BisnisExpo.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengembangkan suatu sistem yang disebut critical infrastructure. Tujuannya untuk memitigasi kemampuan peralatan dan fasilitas pendukung optimasi produksi migas.
Kepala Divisi Produksi dan Pemeliharaan SKK Migas, Bambang Prayoga, mengatakan selama ini terdapat berbagai permasalahan terkait manajemen fasilitas produksi. Antara lain kurangnya kontrol, ketersediaan peralatan, kemampuan kapasitas infrastruktur, serta tantangan keekonomian.
Menurut Bambang, salah satu penanganannya adalah pendataan komprehensif oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan SKK Migas. Melalui pendataan tersebut, ditentukan rencana pemeliharaan maupun pemanfaatan fasilitas dan peralatan di masa depan.
“SKK Migas mengembangkan PC 2B, yaitu sistem critical infrastructure yang memudahkan investor mengambil keputusan investasi,” ujarnya, Kamis (21/9/2023). Demikian disampaikanya pada acara International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023 di Nusa Dua, Bali.
Direktur Pengembangan dan Produksi Pertamina Hulu Energi, Awang Lazuardi, menyatakan perawatan fasilitas berhubungan erat dengan keberlanjutan produksi migas. Menurut dia, ketersediaan fasilitas produksi yang mumpuni mempengaruhi keberhasilan dalam upaya penemuan cadangan migas baru.
“Untuk mempertahankan produksi, salah satu caranya dengan perawatan fasilitas,” kata Awang. Sehingga jika ditemukan eksplorasi baru, lanjutnya, itu bisa digunakan di masa depan.
Menurut Awang, Pertamina dan seluruh anak usahanya di sektor hulu sudah menerapkan sistem terintegrasi untuk manajemen fasilitas. Awang juga menegaskan komitmennya memroduksi satu juta barel minyak per hari.
Sedangkan COO dan Dirut Medco E&P, Ronald Gunawan, mengatakan KKKS pada dasarnya akan fokus pada kegiatan operasi produksi. Sehingga sangat diperlukan suatu sistem yang mengakomodasikan manajemen dalam perawatan fasilitas.